Tradisi
Tradisi Makan Pattita
Tradisi makan patita di Ambon adalah makan bersama dengan banyak orang, biasanya dilakukan dalam acara-acara penting seperti perayaan HUT kota, pelantikan raja, atau pembangunan rumah adat. Makan patita ini bukan hanya sekadar makan, tetapi juga sebagai bentuk kebersamaan dan mempererat tali persaudaraan antar warga.
Timba laor salah satu tradisi unik yang dilakukan masyarakat di Kota Ambon, Provinsi Maluku yang tinggal di pesisir pantai. Kebiasaan unik menangkap laor dari jenis cacing laut Lyde oele dari kelas Polychaeta filum Annalida berukuran 2-30 sentimeter.Tradisi timba laor dilakukan ketika air laut surut (meti) saat menjelang petang dan dini hari sebelum matahari terbit karena laor akan bergerak mengikuti cahaya lampu maupun api obor. Laor ditangkap dengan alat seru atau dalam bahasa setempat disebut nyiru untuk menyaring, kemudian ditaruh di embar dan loyang. Laor menjadi buruan utama warga, selain sayur laut dan ikan karang.
Terbuat dari sagu, Teksturnya kental dan lengket seperti lem, berwarna putih bening. Papeda biasanya disajikan sebagai pengganti nasi dan disantap bersama lauk berkuah, seperti ikan kuah kuning. Rasanya tawar, namun kaya cita rasa saat dipadukan dengan lauk pendamping. Papeda juga mencerminkan kearifan lokal dan budaya makan masyarakat di wilayah timur Indonesia.
Hidangan ini berupa ikan yang diasap secara tradisional, biasanya menggunakan ikan tongkol atau cakalang. Proses pengasapan dilakukan di atas bara api dengan menggunakan kayu tertentu untuk memberikan aroma khas. Ikan asar Galala dikenal karena cita rasanya yang gurih, teksturnya yang padat, serta daya tahannya yang cukup lama tanpa bahan pengawet. Biasanya disajikan dengan nasi, sambal colo-colo, dan papeda, menjadikannya simbol kekayaan kuliner laut Ambon yang autentik dan penuh cita rasa lokal.
Camilan tradisional khas Maluku yang terbuat dari adonan sagu yang dipanggang atau dibakar, lalu disajikan dengan taburan gula merah cair atau parutan gula merah. Rasanya manis dan legit, dengan tekstur renyah di luar namun lembut di dalam. Sagu gula mencerminkan kekayaan kuliner lokal yang sederhana namun menggugah selera, serta menjadi simbol pemanfaatan bahan pangan lokal seperti sagu.
Makanan tradisional dari Maluku yang terbuat dari sagu yang dibentuk dan dipanggang di atas bara api hingga matang. Teksturnya renyah di luar dan sedikit kenyal di dalam. Sagu bakar biasanya dinikmati sebagai camilan atau pendamping makanan, dengan rasa gurih alami dari sagu yang khas dan aroma panggang yang menggoda. Hidangan ini mencerminkan kekayaan budaya dan bahan pangan lokal di wilayah timur Indonesia.
No Code Website Builder
Follow us